Banjarnegara – Setelah merumuskan indikator kesejahteraan lokal, tim Pembaharu Desa dan pemerintah Desa Gumelem Kulon telah menggelar musyawarah desa, (2/10). Musyawarah ini dihadiri oleh Perempuan Pembaharu Desa, perangkat desa, BPD, ketua RW, RT, bidan, kader posyandu dan warga. Musyawarah atau temu warga ini menjadi bagian untuk sosialisasi dan menerima masukan dari warga terkait indikator kesejahteraan lokal Desa Gumelem Kulon yang telah disusun.
Menurut Tursiyem, kader Perempuan Pembaharu Desa Gumelem Kulon, dalam Temu Warga ini ada beberapa perubahan dalam indikator kesejahteraan. Ada empat perubahan yang lebih banyak mengoreksi dan menambahi ukuran indikator dan sub indikator.
Pertama, perubahan besaran pendapatan. Pada proses penyusunan awal, ukurang pendapatan untuk kategori kaya sebesar 6 juta. Besaran ini dikoreksi dan kemudian menyepakati ukuran baru sebagai berikut:
Kriteria | Pendapatan |
Kaya | > 3 juta |
Sedang | 1,5 – 3 juta |
Miskin | 500 ribu- 1,5 juta |
Sangat miskin | < 500 ribu |
Kedua, menariknya dalam indikator pekerjaan, warga menambahkan kriteria kyai, bengkel/montir, dan pensiunan. Bengkel/montir dimasukkan ke kategori kaya dan pensiunan dilihat dari nominal gaji. Sementara, kategori K
Ketiga, kepemilikan lahan. Ternyata setelah musyawarah, untuk sub indikator nilai jual lahan dinyatakan terlalu tinggi. Karena untuk harga 3 juta/ubin masih tergolong langka atau jarang. Sehingga, warga menyepakati bahwa nilai jual tertinggi di Gumelem Kulon menyepakati 1,5 juta ke atas/ubin (kaya); kurang dari 1,5 juta-1juta/ubin (sedang); 1 juta-500 ribu/ ubin (miskin); kurang dari 500 ribu/ubin (sangat miskin).
Keempat indikator kepemilikan ternak. Perubahan untuk membedakan antara kepemilikan ternak kecil dan sedang. Jumlah kepemilikan 50 ekor untuk ternak kecil dan 20 ekor untuk ternak besar masih dinilai terlalu banyak oleh warga. Untuk itu, terjadi perubahan jumlah kepemilikan hewan ternak kecil dan sedang.
Kriteria | Kepemilikan Ternak Kecil | Kepemilikan Ternak Sedang |
Kaya | > 20 ekor | > 5 ekor |
Sedang | 20-10 ekor | 4-3 ekor |
Miskin | 10-5 ekor | 1-2 ekor |
Sangat miskin | Tidak punya/ < 5 ekor | Tidak punya |
Kemudian untuk indikator kesehatan, warga menyepakati bobot yang sama antara praktik dokter dengan rumah sakit dan pelayanan bidan dan puskesmas. Ukuran pelayanan kesehatan di bidan menjadi masukan dalam temu warga ini. Menurut salah satu bidan desa, penyamaan ukuran indikator dilihat dari kesamaan biaya yang dikeluarkan untuk masing-masing pelayanan kesehatan.
Hasil temu warga ini pun kemudian dibahas dan disepakati oleh Kelompok perempuan, perangkat desa, BPD dan Ketua RW. Format sensus disusun dan disepakati bersama para kelompok perempuan, kader Posyandu RW dan BPD. Total pendata berjumlah 65 orang dan masing-masing akan mendata 1 rukun tangga (RT).