Arsip Tag: narasi aset

Pendidikan dan Pernikahan Dini

“Mereka seringkali mengangkat mitos “Perawan Tua” untuk anaknya usia 15 tahun ke atas yang belum menikah.” 

 

Jpeg
Yaya, sedang menuliskan tentang desanya.

Dunia pendidikan di desa Jatilawang masih sangat memprihatinkan. Hal tersebut terkait dengan masih sangat rendahnya minat orang tua untuk menyekolahkan anaknya pada jenjang yang lebih tinggi. Hal tersebut disebabkan karena banyak alasan, di antaranya adalah opini masyarakat bahwa “percuma menyekolahkan anaknya tinggi-tinggi, toh akhirnya menikah/toh akhirnya menjadi petani”

Di desa JAtilawang terdapat 4 PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), 2 TK (Taman Kanak-Kanak), 4 SD (Sekolah Dasar), dan 1 Madrasah Tsanawiyah (MTs). Sedangkan untuk tingkat STLA masih dalam gagasan. Kondisi tempat-tempat pendidikan tersebut ada yang layak dan ada pula yang tidak layak. Salah satunya adalah keberadaan PAUD Fathammubina yang letaknya tepat di samping Balai Desa Jatilawang. Ruangannya sangat sempit, sementara siswa yang belajar di situ ada 20 siswa. Sehingga tidak nyaman dan efektif tentunya. Selain itu, ada SD Negeri Jatilawang yang terdiri atas SD 1, SD 2, SD 3 dan SD 4 Jatilawang. Berbeda dengan SD 1,2, dan 3, SD 4 pada tahun 2014 dan membuka satu kelas lagi di tahun 2015, yaitu kelas 4. Sedangkan untuk kelas 5 dan 6 mereka melanjutkan di SD 1 atau SD 3 yang jaraknya kurang lebih 7 Km dari dusun.

Di desa Jatilawang juga terdapat MTs Ma’arif Jatilawang yang muridnya tidak hanya dari desa Jatilawang, tetapi juga dari luar di sekitar Desa Jatilawang. Tetapi yang akan kita temui justru kebanyakan siswa berasal dari desa lain, hanya beberapa berasal dari desa Jatilawang.

Pendidikan di desa Jatilawang sangat memprihatinkan. Selain karena alasan terkait alasan-alasan yang telah ada di atas? bahwa terkait opini-opini bahwa pendidikan untuk mencari kerja, sedangkan kebanyakan pada akhirnya kembali kepada pekerjaan nenek moyangnya, yaitu menjadi petani bagi laki-laki, dan menikah bagi perempuan. Itulah yang menyebabkan tingginya angka pernikahan dini di desa Jatilawang.

Kebanyakan orang tua tidak berminat menyekolahkan anaknya pada tingkat SLTP. Cukup dengan lulusan SD, karena ijazah tidak digunakan untuk pendaftaran kerja sebagai buruh tani. Pernah saya mendengar seseorang menyampaikan hal-hal itu. Miris memang, bahkan suatu ketika ada seorang bapak yang datang ke rumah untuk mendaftarkan nikah putrinya yang kelahirannya tahun 2001, lulus SD didaftarkan nikah. Banyak hal yang sudah saya sampaikan, tetapi hanya masuk telinga kanan keluar telinga kiri, dan mengatakan bahwa pendidikan tidak penting.
Banyak keluarga yang bahkan rela hanya dinikahsirikan karena belum cukup usia secara Undang-Undang pernihakan. Mereka seringkali mengangkat mitos “Perawan Tua” untuk anakn usia 15 tahun ke atas yang belum menikah.

Banyak terjadi kecurangan usia agar mereka dapat menikah secara resmi. Meski usia mereka belum cukup. Mudahnya perubahan data usia baik dari tingkat desa atau pun kecamatan dengan menambahkan umur di syarat dan prasyarat pernikahan menjadikan angka pernikahan dini di desa Jatilawang.

* Tulisan ini adalah hasil tulisan tangan Sutriyah, atau biasa disapa Yaya. Dalam tulisan ini, saya hanya membantu mengetikkan tulisan tangannya dan sengaja tidak saya edit edit agar tetap sama seperti aselinya. Yaya adalah salah satu peserta Sekolah Perempuan dari desa Jatilawang, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara. Ini adalah tulisan pertamanya tentang desanya. Di Sekolah Perempuan yang diselenggarakan oleh Infest Yogyakarta, salah satu yang dipelajari peserta adalah tentang bagaimana mereka mampu menarasikan pembanguann di desanya, khsusunya aset dan potensi di desanya. Sebelumnya, mereka telah belajar tentang gender dasar, membedah Undang-Undang Desa untuk mengetahui posisi perempuan dalam pembangunan di desanya, Identifikasi mimpi desanya, Identifikasi Aset dan Potensi Desa, Membuat Peta Desa serta rangkaian materi pembelajaran lainnya.

Pasar Sibebek (Pembelajaran)

 

Jpeg
Tri Hariyani, sedang menulis tentang pasar di desanya. Desa Jatilawang

 Desa Jatilawang memiliki pasar yang terletak di Dusun Jatilawang, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara. Desa ini memiliki 2 pasar, yaitu pasar induk dan pasar sayur. Pasar induk menjadi pusat transaksi antara penjual dan pembeli pengecer dari berbagai desa. Sedangkan pasar sayur lebih didominasi oleh para tengkulak, petani, dan para pedagang yang akan memasarkan lagi barang dagangannya. Di pasar ini hanya sayuran yang diperjualbelikan. Tidak ada fasilitas WC, hanya berupa bangunan terbuka yang beratap. Baru-baru ini telah diperbaiki gorong-gorong yang masuk ke pasar sayur. Di pasar ini harga pada barang sama, semisal kentang, antara satu penjual dengan penjual yang lain berbeda-beda, tergantung kemampuan menawarkan barang, karena tidak ada yang mengelola, semacam kelompok tani atau koperasi kelompok tani.

Pasar sayur paling ramai ketika hari Paing, di sini transaksi terjadi sejak pukul 4 pagi, para petani sudah mulai membawa barang dagangannya. Selain hari Paing, hari Pon, juga buka. Selain hari itu tidak ada transaksi.

Untuk pasar induk lebih besar dan komplit, setiap hari terjadi transaksi, tetapi paling ramai hari Pon dan Paing. Di sini lebih didominasi oleh penjual dari lain daerah. Warga sekitar ada yang berjualan, tetapi mayoritas bertani. Kondisi pasar masih cukup baik, tetapi tidak ada fasilitas WC dan air bersih, hanya ada bangunan WC yang rusak dan tidak terawat.

Pasar Jatilawang dikelola oleh Pemda, pembagian tiap 3 bulan sekali, desa mendapat 40% dari pendapatan yang diperoleh desa kurang lebih senilai rupiah 1.000.000 (Satu Juta rupiah) – 1.500.000 (Satu Juta Lima Ratus Ribu rupiah).

***

Tulisan ini adalah hasil tulisan tangan Tri Hariyani. Tri Hariyani adalah salah satu peserta Sekolah Perempuan dari desa Jatilawang, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara. Ini adalah tulisan pertamanya tentang pasar di desanya. Di Sekolah Perempuan yang diselenggarakan oleh Infest Yogyakarta, salah satu yang dipelajari peserta adalah tentang bagaimana mereka mampu menarasikan pembanguann di desanya, khsusunya aset dan potensi di desanya. Sebelumnya, mereka telah belajar tentang gender dasar, membedah Undang-Undang Desa untuk mengetahui posisi perempuan dalam pembangunan di desanya, Identifikasi mimpi desanya, Identifikasi Aset dan Potensi Desa, Membuat Peta Desa serta rangkaian materi pembelajaran lainnya.

 

Ladang (Pembelajaran)

Kebanyakan cara pengobatan/penyebarannya dengan memakai diesel, tapi yang nyemprot tidak pakai masker sebagai penutup hidung. Karena itu faktor kesehatannya tidak terjamin. Kami selalu berharap ada solusi yang bisa membantu, agar kesadaran warga masyarakat tumbuh, mungkin dengan mengadakan sosialisasi ke tingkat dukuh-dukuh yang ada di desa Jatilawang, agar mereka mampu dan bisa menggunakan pupuk organik. 

Kami tinggal di desa terpencil, di sekitar kami dikelilingi oleh pegunungan. Di desa ini, kehidupan masyarakatnya penuh dengan kedamaian, kehidupannya masih diwarnai dengan kegotong-royongan dan kerukunan nama desa kami yaitu desa Jatilawang. Mata pencaharian utama adalah pertanian. Pertanian meliputi kentang, wortel, cabe, loncang, kol dan sebagainya. Cara bercocok tanam masih menggunakan alat-alat tradisional, belum memakai peralatan modern.

Di desa kami tidak mengenal musim, karena apa saja yang kami tanam yaitu berupa sayuran. Semua menghasilkan dan tumbuh dengan subur.

Cara penggarapan ladang yaitu pertama-tama kita cangkul. Lalu kita buat petakan sesuai dengan apa yang kita tanam, misalnya penanaman kentang kita buat sekat sekitar 70 cm tinggi 30 cm, di atas sekat tersebut diberi mulsa. Mulsa adalah plastik yang sudah diberi lubang, di dalam mulsa dikasih cm atau biasa disebut pupuk kandang, urea, KCL, dan ponska. Setelah lahan siap lalu benih kentang ditanam di dalam lubang plastik tersebut.
Setelah kurang lebih 15 hari, mulai disemprot dengan obat, setelah agak tinggi tumbuhnya dikasih acir. Acir adalah bumbu yang dibuat sekitar tinggi 80 cm, lebar 1 cm. Kegunaan acir ini sebagai tempat sandaran pohon kentang dengan cara diikat dengan tali rafia. Itulah proses penanaman kentang di desa kami.

Tanaman kentang, kol, cabe, tomat dan lain-lain di desa kami selalu menggunakan obat insektisida dan fungsida secara berlebihan, terutama kentang. Kalau musim penghujan pengobatan bisa sampai 28x, tetapi kalau kemarau cukup kurang lebih 12 x pengobatan. Karena pengobatan menggunakan obat kimia, pegunungan yang dulunya indah sudah tercemar polusi.

Kebanyakan cara pengobatan/penyebarannya dengan memakai diesel, tapi yang nyemprot tidak pakai masker sebagai penutup hidung. Karena itu faktor kesehatannya tidak terjamin. Kami selalu berharap ada solusi yang bisa membantu, agar kesadaran warga masyarakat tumbuh, mungkin dengan mengadakan sosialisasi ke tingkat dukuh-dukuh yang ada di desa Jatilawang, agar mereka mampu dan bisa menggunakan pupuk organik.

Desa Jatilawang adalah desa yang selalu dimanja dengan alam, karena hasil pertanian yang melimpah. Karena itu minat warga desa kami untuk menyekolahkan anak mereka ke pendidikan yang lebih tinggi, sangat kurang. Terutama di tingkat perdukuhan, karena prinsip mereka”buat apa sekolah, toh tidak sekolah pun juga kaya”.

Hasil pertanian di desa Jatilawang dipul dan dibawa oleh pedagang ke Jakarta, dengan harga pasaran. Yang tidak bagus dijual di pasar lokal Jatilawang. Itulah sekilas desa Jatilawang yang kita tempati dan kita banggakan.

*****

Tulisan ini adalahlindawaty hasil tulisan tangan Lindawaty, salah satu peserta Sekolah Perempuan dari desa Jatilawang, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara. Ini adalah tulisan pertamanya tentang desanya, terutama tentang perkebunan yang ada di desanya. Di Sekolah Perempuan yang diselenggarakan oleh Infest Yogyakarta, salah satu yang dipelajari peserta adalah tentang bagaimana mereka mampu menarasikan pembanguann di desanya, khsusunya aset dan potensi di desanya. Sebelumnya, mereka telah belajar tentang gender dasar, membedah Undang-Undang Desa untuk mengetahui posisi perempuan dalam pembangunan di desanya, Identifikasi mimpi desanya, Identifikasi Aset dan Potensi Desa, Membuat Peta Desa serta rangkaian materi pembelajaran lainnya.

Ibu lindawaty, sedang menulis tentang perkebunan di desanya.

Pabrik Teh: Hidup Segan Mati Tak Mau (Pembelajaran)

1395623312Sejak tahun 1993 setelah berdirinya PT Pagilaran Pabrik teh Jatilawang, setidakya bisa membantu mengurangi pengangguran. Selain itu juga dapat membantu para petani teh di sekitar desa Jatilwang, karena pemasaran daun teh menjadi lancar. Tapi setelah lama kelamaan harga tidak mau naik dari harga 500 per kilo, kami minta naik 1000 rupiah saja sangat susah. Para penampung teh juga terlalu lambat membayarkan ke petani. Padahal, para petani sangat membutuhkan uang untuk membayar yang memetik teh. Setelah lama kelamaan, para petani teh cenderung berpikir bongkar saja tanaman teh, lalu diganti untuk bercocok tananm kentang, kubis, cabel, dll yang mudah dijadikan uang.

 

DSC05044Setelah pabrik merasa berkurang biasanya masak daun teh dari 20 ton sampai 15 ton dan sekarang paling bisa 2 ton, kadang 5 ton baru terasa dan sekarang naik menjadi 1300-1500 per kilo tapi sangat sulit untuk mendapat pucuk teh. Sekarang dampaknya, para karyawan ada yang di PHK. Ada juga yang bekerja bergiliran 3 hari atau 1 minggu seklai. Banyak orang yang bilang hidup segan mati tak mau, alias gulung tikar.

 

 

 

 

***

Jpeg
Ibu Samsiyah sedang menulis tentang desanya

Tulisan ini adalah hasil tulisan tangan Ibu Samsiyah, salah satu peserta Sekolah Perempuan dari desa Jatilawang, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara. Ini adalah tulisan pertamanya tentang desanya, terutama tentang pabrik yang ada di desanya. Di Sekolah Perempuan yang diselenggarakan oleh Infest Yogyakarta, salah satu yang dipelajari peserta adalah tentang bagaimana mereka mampu menarasikan pembanguann di desanya, khsusunya aset dan potensi di desanya. Sebelumnya, mereka telah belajar tentang gender dasar, membedah Undang-Undang Desa untuk mengetahui posisi perempuan dalam pembangunan di desanya, Identifikasi mimpi desanya, Identifikasi Aset dan Potensi Desa, Membuat Peta Desa serta rangkaian materi pembelajaran lainnya.