Arsip Tag: Musdes

Persiapan Musdes Wulungsari

Persiapan Musyawarah Desa Wulungsari Menuju Review RPJMDesa

urun gagasan untuk persiapan musdes

Warga Wulungsari (9/11), dari unsur perangkat desa, kelompok marginal, dan tim pembaharu desa urun gagasan untuk siapkan dokumen yang diperlukan dalam musdes

Wonosobo – Senin (9/11/2015) kemarin, Tim Pembaharu Desa (TPD) Wulungsari, Kecamatan Selomerto, kembali berkumpul di balai desa. Sejak pukul 08.30 WIB, sebagian anggota TPD sudah berada di balai desa untuk mempersiapkan sebuah pertemuan penting. Mereka menyebutnya sebagai pertemuan persiapan musyawarah desa (Musdes) menuju review RPJMDesa.

Pertemuan tersebut melibatkan beberapa elemen masyarakat, seperti Ketua RT, kelompok Rumah Tangga Miskin (RTM), anggota PKK, Karang Taruna, dan beberapa tokoh masyarakat. Menurut Endang, anggota TPD Wulungsari, pertemuan persiapan Musdes ini memiliki beberapa tujuan, diantaranya menyusun rancangan review RPJMDesa dan pembentukan tim panitia review RPJMDesa.

Terkait dengan penyusunan rancangan review RPJMDesa, TPD Wulungsari memiliki strategi khusus. Mereka menggunakan data kesejahteraan sosial yang telah disusun untuk memetakan kelompok RTM yang tersebar di seluruh dusun. Untuk mengakomodasi kebutuhan RTM dalam RPJMDesa Wulungsari, seminggu sebelum pertemuan persiapan musyawarah ini dilakukan, TPD menjaring usulan RTM dengan menyebarkan formulir ke seluruh RT.

Usulan-usulan tersebut akan mendapatkan tempat prioritas dalam rencana pembangunan desa selama enam tahun kedepan yang tertuang dalam RPJMDesa. Dengan strategi ini, menurut Agus, Kepala Desa Wulungsari, setidaknya langkah awal rencana pembangunan desa yang pro warga miskin telah terbangun.

Seperti yang sudah direncanakan sebelumnya, pertemuan akhirnya dimulai pada pukul 09.00 WIB. Seluruh elemen yang diundang sudah memadati gedung pertemuan. Peserta yang hadir lebih dari 30 orang.

Di awal pertemuan, TPD mengajak kembali seluruh peserta untuk melihat dan mendiskusikan daftar usulan rencana pembangunan desa Wulungsari yang telah disusun dengan berbasiskan pada tujuh aset. Diskusi tersebut menghasilkan beberapa perbaikan terhadap beberapa usulan, misalnya: 1) Desa harus memiliki Tempat Pembuangan Akhir Sampah; 2) Segala bentuk pembangunan fisik desa harus menggunakan tenaga kerja yang berasal dari desa sendiri; 3) Desa harus memiliki strategi khusus terhadap kelompok warga yang tidak memiliki lahan untuk sumber pendapatan ekonomi.

Selanjutnya, diskusi dilanjutkan dengan merangkum usulan kelompok RTM. Dari formulir yang terkumpul terdapat 33 usulan, baik fisik ataupun non fisik.

Di akhir pertemuan, setelah terbentuknya tim panitia review RPJMDesa, seluruh peserta yang hadir bersepakat saat Musdes review RPJMDesa nanti akan mengundang seluruh kelompok sosial yang ada, khususnya kelompok RTM.

Musdes Gumelem Kulon

Saatnya Perempuan Bersuara

“Saya ingin ada lapangan pekerjaan yang menerima kami,” ujar Tarsiyah, seorang difabel di Desa Gumelem Kulon, Kecamatan Susukan, Kabupaten Banjarnegara saat mengikuti Musyawarah Desa “Pengembangan Pembangunan Desa dan Partisipasi Perempuan” pada Jumat (28/08/2015). Di depan forum, Arif Mahfudz, Kepala Desa Gumelem Kulon serius mendengarkan sembari mencatat usulan-usulan yang muncul lantas ditanggapi.

Sebelumnya, Rumiati, peserta Sekolah Perempuan Gumelem Kulon mengungkapkan bahwa ada lebih dari 60 kaum difabel di desanya. Rumiati bersama peserta Sekolah Perempuan telah melakukan pemetaan aset desa termasuk sumber daya manusia. Saat Rumiati menceritakan secara detail kondisi salah satu kaum difabel serta keluarga miskin, suasana di ruang Musdes mendadak hening. Beberapa kali Rumiati berusaha menahan air matanya. Selain Rumiati, seorang pengrajin batik tulis juga mengungkapkan pendapatnya tentang regenerasi dan kondisi pengrajin batik tulis Gumelem Kulon saat ini. Sementara, perwakilan organisasi keagamaan Muslimat yang belum mengetahui tentang kegiatan Sekolah Perempuan di desanya, mengaku tertarik untuk terlibat dalam Sekolah Perempuan serta menjadi bagian dari perjuangan perempuan dalam pembangunan di desanya.

Musdes Gumelem Kulon

Musyawarah Desa Gumelem Kulon membahas “Pengembangan Pembangunan Desa dan Partisipasi Perempuan”. (Foto: Alimah)

Tidak seperti biasanya, Musdes kali ini melibatkan kelompok-kelompok yang selama ini jarang atau tidak dilibatkan dalam Musdes. Kelompok Perempuan yang merupakan Peserta Sekolah Perempuan Gumelem Kulon beberapa hari sebelumnya telah mengundang sekitar 60 yang terdiri dari Peserta Sekolah Perempuan, Perangkat Pemerintahan Desa, Kepala Desa, Sekdes, Kaur Kesra, Bendahara, Kepala Dusun, BPD, perwakilan lembaga-lembaga di desa seperti Pemuda Karangtaruna, LP3M, Gapoktan, Kelompok perempuan selain peserta sekolah perempuan: seperti Muslimat, Fatayat, Kelompok Wanita Tani, PKK, Kader Posyandu, Guru PAUD, Kelompok Perajin Batik, Perwakilan rumah tangga miskin (terutama dari kepala keluarga perempuan), kelompok difabel, tokoh Agama, KPMD Kec. Susukan dan Kab. Banjarnegara.

Di Gumelem Kulon, saat ini usulan kelompok perempuan yang telah masuk dalam program Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDesa) di antaranya adalah pembangunan gedung Pos PAUD di RW 2,4,5,9,10, dan 11. Selain itu juga ada anggaran khusus untuk para pengajar Pos PAUD, jambanisasi dan pembangunan sarana mandi cuci kakus (MCK) serta ketersediaan sarana air bersih.

Perempuan terlibat dan aktif mengikuti proses Musdes.

Perempuan terlibat dan aktif mengikuti proses Musdes.

Sementara usulan kelompok perempuan tentang pendirian Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) untuk pengelolaan mata air direspon baik oleh Kepala Kantor Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Banjarnegara, Imam Purwadi. Meskipun, usulan ini belum masuk dalam RPJMDesa. Dalam satu kesempatan, Imam Purwadi mengungkapkan akan mengupayakan agar BUMDesa ini bisa segera diwujudkan.

Gagasan BUMDesa untuk pengelolaan sumber mata air di Gumelem Kulon muncul setelah salah satu peserta Sekolah Perempuan, Tursiyem, melakukan identifikasi sumber daya alam (SDA) di desanya. Dia menemukan bahwa begitu terdapat 15 sumber mata air yang belum didistribusikan secara merata ke rumah-rumah warga. Dari hasil identifikasi tersebut, dia merekomendasikan berdirinya BUMDesa untuk mengelola sumber mtaa air.

Identifikasi aset dan potensi desa adalah salah satu tahapan pemetaan aset dan potensi desa yang telah dilakukan peserta Sekolah Perempuan. Proses identifikasi aset dan potensi dilakukan setelah mereka menyepakati instrumen yang disepakati bersama. Kemudian, mereka terjun ke desa untuk melakukan penggalian data dengan wawancara mendalam ke narasumber atau informan disertai pelacakan data dari penelitian, buku, maupun media lainnya.

Kini, selain rekapitulasi data aset dan potensi desanya, kelompok perempuan juga telah memiliki data visual peta aset dan potensi desa. Didukung dokumen berupa narasi aset dan potensi desa, baik aset Sumber Daya Alam (SDA), Sumber Daya Manusia (SDM), Keuangan, Sosial, Kelembagaan, Spiritual Budaya, maupun aset Fisik atau Infrastruktural. [Alimah]