Arsip Tag: keseneng

Belajar Aplikasi Mitra Desa

Pemanfaatan Aplikasi Keuangan dan Mitra Desa oleh Desa Keseneng

Pelatihan bertajuk “Penguatan Kapasitas Penggunaan Aplikasi Mitra Desa dan Keuangan Desa” ini mulai dilakukan secara simultan pada 31 Oktober dan 7 November 2015 di Kantor Desa Keseneng. Pelatihan pemanfaatan aplikasi Mitra Desa diikuti oleh perangkat Desa Keseneng dan Lengkong. Berikut potret perangkat Desa Keseneng dan Lengkong belajar tentang aplikasi Keuangan dan Mitra Desa bersama Infest Yogyakarta.

Pelatihan Keuangan Desa Wonosobo

Pelatihan Pengelolaan Keuangan Desa di Wonosobo

Pemerintah Kabupaten Wonosobo dan Infest Yogyakarta menggelar pelatihan Pengelolaan Keuangan Desa pada 29 September – 2 Oktober 2015. Pelatihan yang digelar di Kantor Bupati Wonosobo ini diikuti oleh Desa Keseneng, Kecamatan Mojotengah dan Desa Lengkong, Kecamatan Garung. Kedua desa ini akan menjadi model desa yang mengimplementasikan pengelolaan keuangan desa yang baik, sehingga bisa menjadi contoh dan teman belajar bagi desa lainnya di Kabupaten Wonosobo.

Forum Kesehatan Desa Keseneng: Mendorong Pelayanan Kesehatan Warga

Perubahan memang selayaknya datang dari mereka yang giat. Kalimat itu sepertinya mampu menggambarkan inisiatif pengorganisasian masyarakat Desa Keseneng, Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo. Pada 2014, desa di lereng Gunung Sindoro ini mendapatkan penghargaan sebagai Desa Siaga Aktif Kabupaten Wonosobo. Pada tahun yang sama, tepatnya 12 November 2014, Desa Keseneng juga menerima apreasiasi Bupati Wonosobo, H.A. Kholiq Arif, atas upaya mereka dalam menggalakkan sanitasi bersih dan sehat.

Gedung pertemuan Forum Kesehatan Desa (FKD) Keseneng tampak dari depan

Gedung pertemuan Forum Kesehatan Desa (FKD) Keseneng tampak dari depan

Keberhasilan tersebut tentu tidak muncul secara tiba-tiba, apalagi tanpa dukungan siapa-siapa. Dinamika pada aras lokal seperti pengalaman pengorganisasian Desa Siaga Aktif Desa Keseneng ini penting sebagai bahan pembelajaran bagi siapapun. Setelah menempuh perjalanan sekitar 30 menit dari Kota Wonosobo, maka sampailah di Desa Keseneng. Pemandangan pegunungan dan ladang sayur mayur terhampar selama perjalanan. Desa Keseneng berpenduduk 486 kepala keluarga, sebagian besar bekerja sebatai petani.

Setibanya di kantor desa, tim Infest-Mampu disambut oleh Mugiharto, Kepala Desa Keseneng. Dengan ramah, ia memperkenalkan dua perempuan pegiat Forum Kesehatan Desa (FKD) di Desa Keseneng, Endah Pujiarti dan Titik Sundari. Nama terakhir, Titik Sundari adalah bidan desa yang bertugas di Desa Keseneng sejak 2008 lalu. Sementara, Endah merupakan pengajar Taman Kanan-kanak di Desa Keseneng.

Hari itu, Sabtu (28/3/2015), Bidan Ndari begitu ia kerap disapa, masih melayani warga yang berdatangan ke Pusat Kesehatan Desa (PKD) Keseneng yang berada tepat di samping kantor desa. Sundari dengan sabar dan telaten melayani warga yang datang. Pelayanan kesehatan di PKD tutup pada Selasa karena Sundari bertugas di Puskesmas Kecamatan.

“Maaf ya, saya sambi, hari ini ada pelayanan imunisasi balita,” ujar Sundari disela-sela obrolan.

Endah dan Sundari merupakan motor penggerak Forum Kesehatan Desa (FKD) Keseneng. Selain mereka ada sekitar 25 orang penggerak FKD yang terdiri dari para kader serta perwakilan Dusun (Keseneng dan Bugel) dan Rukun Tangga (RT) di Desa Keseneng. Tak lama berselang, Nisro, Ketua FKD yang juga menjabat sebagai Kepala Urusan Ekonomi dan Pembangunan Pemerintah Desa Keseneng datang.

Forum Kesehatan Desa Keseneng sebagai lembaga perwakilan masyarakat yang aktif mendorong kebijakan di tingkat desa dalam rangka pelayanan dasar kesehatan. Kegiatan-kegiatan FKD beragam mulai dari sosialisasi pentingnya hidup bersih dan sehat, posyandu, pendataan kondisi kesehatan warga dan lingkungan di desa hingga mengawal perencanaan pembangunan desa bagi pelayanan kesehatan. Selain itu, FKD juga membuat aturan yang disahkan melalui pemerintah desa tentang kesehatan persalinan, rujukan untuk kesehatan,

Sosialisasi Kesehatan dan Mengawal Anggaran Desa

Dari cerita Sundari, Program Desa Siaga, salah satu di dalamnya mensyaratkan FKD yang aktif, sebenarnya telah diperkenalkan pemerintah sejak 2006. Selain itu, untuk menjadi desa siaga diikuti prasyarat lainnya yakni, upaya kesehatan, gotong toyong, pengawasan dan pembiayaan.

Titik Sundari, Bidan di Desa Keseneng yang aktif mendampingi Forum Kesehatan Desa (FKD) Keseneng

Titik Sundari, Bidan di Desa Keseneng yang aktif mendampingi Forum Kesehatan Desa (FKD) Keseneng

Akan tetapi, FKD pada kepengurusan sebelumnya tidak berjalan serius karena kurang pahamnya para pengurus FKD waktu itu tentang apa dan bagaimana forum harusnya bekerja. Selain itu, sebagian besar pegiat forum merupakan aparat desa yang sudah berusia lanjut.

“Nama dan SK (Surat Keputusan) kepengurusannya sudah ada sejak 2007, cuma tidak ada kegiatan,” ungkap Sundari.

Hingga, celah untuk menggerakkan FKD mulai muncul pada 2013. Masa kepengurusan FKD sebelumnya berakhir pada tahun itu. Momen tersebut lantas dimanfaatkan untuk melakukan reorganisasi di tubuh FKD. Sundari dan Mugiharto selaku Kepala Desa mulai menjaring kader-kader desa potensial, tokoh warga, pengurus Badan Perwakilan Desa (BPD), dan lain sebagainya. Pertemuan-pertemuan rutin pun digelar.

Untuk semakin menyebarluaskan jaringan aspirasi warga, FKD juga diisi oleh perwakilan Dusun dan RT. Bagi Sundari, pelibatan merupakan hal yang penting mengingat peran FKD adalah mendorong perilaku hidup bersih dan sehat di desa. Di sisi lain, pelibatan itu pada akhirnya juga mengefektifkan kerja FKD dalam mengidentifiaksi aspirasi, persoalan, hingga potensi kesehatan di desa.

Seperti diungkapkan oleh Nisro, Ketua FKD, “Bila ada kader di setiap RT maka kita bisa tahu kondisi lingkungan misalnya pembuangan air limbah milik warga. Bila ada yang masih kumuh, pembenahan pun bisa diajukan ke anggaran dana desa.”

Kini, FKD Keseneng rutin mengadakan pertemuan setiap selapan (35 hari) pada Selasa Kliwon. Dalam setiap pertemuan rutin itu, mimpi dan upaya untuk membangun perilaku hidup bersih dan sehat dimusyawarahkan. Salah satu mimpi para pengurus FKD 2013 adalah supaya warga tidak buang air besar sembarangan. Kampanye hidup sehat dan pentingnya jamban digalakkan. Hal tersebut disambut positif oleh pemerintah desa dengan mendeklarasikan Stop Buang Air Besar Sembarangan tepat pada Hari Kesehatan Nasional.

Nisro dan Endah Pujianti, pengurus aktif Forum Kesehatan  Desa KesenengHasilnya, pada 2014, hampir 95 persen rumah penduduk sudah memiliki jamban dan pembuangan limbah pribadi. Tahun ini, tim FKD pun berkomitmen untuk mendorong hingga angka 100 persen. Tentunya dengan terus mendorong perilaku hidup sehat di masyarakat. Menurut Nisro, FKD mulai memefasilitasi pembuatan jamban dengan menggandeng Puskesmas dan Pemerintah desa Keseneng. Usulan bantuan bisa dimungkinkan karena FKD telah memiliki basis data kepemilikan jamban sehat.

Para pegiat FKD menyadari betul pentingnya basis data untuk membuat perencanaan pembangunan desa yang baik. Satu kali dalam setahun mereka rutin melakukan survei mawas diri yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan serta kesehatan fisik warga. Selain itu, FKD juga terlibat aktif dalam musyawaran desa untuk mendorong pelayanan kesehatan melalui perencanaan pembangunan desa dan penganggaran.

“Untuk anggaran masukkan kita seperti pemberian makanan tambahan untuk posyandu balita, lansia, ibu hamil dan sarana dan prasarana untuk mendukung pelayanan PKD,” terang Endah.

Beruntung, warga Desa Keseneng menyambut baik setiap kegiatan yang dilakukan oleh FKD. Semangat gotong royong masyarakat Keseneng menjadi modal penting dalam pemenuhan pelayanan dasar kesehatan hingga menjadi desa siaga aktif. Selain tenaga, warga juga menumpulkan iuran swadaya untuk kegiatan-kegiatan FKD sebesar Rp 500,-/bulan.

“Menjadi Desa Siaga itu kalau warga, kader, bidan, dan pemerintah desanya aktif dan kompak,” ujar Nisro. [*]