Penghasil Damar Terbesar di Maluku, namun Layanan Kesehatan Masih Buruk

Pernah mendengar pulau seram? pulau yang dikenal dengan wisata alamnya yang melimpah. Namun, pernahkan kita membayangkan bagaimana kondisi warga di sana? Di pedalaman Pulau Seram, di Maluku, ternyata angka kematian di sana cukup tinggi.

Angka kematian berimbang dengan angka kelahiran. Tepatnya di Kabupaten Seram Barat, daerah ini merupakan penghasil damar terbesar di Maluku. Seperti kondisi yang terjadi di Desa Desa Hukuanakota, Kecamatan Inamosol, Kabupataen Seram Bagian Barat. Di desa tersebut, pada umumnya warga menggunakan ramuan-ramuan untuk mengobati sakitnya. Seperti data terbaru yang data yang dilansir Kompas edisi Jumat 26/1/18, Pada 2017, di desa berpenduduk 884 orang itu, jumlah warga yang meninggal sama dengan jumlah kelahiran, yaitu 16 orang.

Benar, kesehatan merupakan barang langka dan mahal bagi warga di desa itu. Warga yang sakit biasa, kadang kadang berujung kematian karena dibiarkan menahun. Akibatnya angka kematian berimbang dengan angka kelahiran.

Akses Kesehatan Sulit Dijangkau

Sejak tahun 2011, pemerintah bersama masyarakat telah membangun pos pelayanan kesehatan terpadu secara swadaya. Namun akses menuju layanan kesehatan ini cukup jauh. Jalanan juga mudah longsor, serta kondisinya belum diaspal, padahal sudah berulang kali diperbaiki. Warga harus menempuh sejauh 9 kilometer dengan jalan kaki, melewati jalan menanjak dan turunan terjal, juga lumpur dan air. Bagi yang tak biasa, perjalanan itu perlu waktu hingga 4 jam.

Lalu dari mana warga mendapatkan obat? Ternyata warga membeli obat dari uang gereja. Bahkan untuk minum, pun harus berpatokan pada aturan minum yang tertulis di bungkus obat. Perawat atau bidan hanya datang saat jadwal imunisasi sekali sebulan. Itu pun sering terlewatkan. Akibatnya, banyak anak belum emndapat imunisasi lengkap. Bahkan, ada yang belum diimunisasi sama sekali. Kondisi akses dan layanan kesehatan yang belum layak, sering menyebabkan bayi yang baru lahir meninggal dunia.

Infrastruktur Buruk

Selain akses layanan kesehatan yang cukup jauh dari rumah warga, kondisi infrastruktur di desa juga masih buruk. Tidak jarang warga mengalami kecelakaan. Ketika ada warga yang terluka akibat kecelakaan, biasanya digendong, dipikul dengan kain sarung atau menggunakan tandu. Biasanya, saat ada warga yang sakit atau mau melahirkan, warga menggunakan tandu.

Cara yang sama dilakukan jika ada pasien meninggal ketika dibawa ke Puskesmas Honitetu atau rumah sakit di ibu ota kabupaten. Secara bergantian, warga menggotong jenazah pulang ke Hukuanakota untuk dimakamkan. Kondisi ini terjadi karena infrastruktur jalan buruk. Padahal, daerah itu merupakan penghasil damar terbesar di Maluku.

Kondisi layanan kesehatan yang masih buruk juga diakui oleh pemerintah. Melalui Asisten Bidang Pemerintahan Kabupaten Seram Bagian Barat, Polly Pical mengatakan, banyak wilayah di pedalaman belum menikmati akses pelayanan kesehatan yang baik. Penyebabnya adalah masalah infrastruktur jalan dan keterbatasn tenaga medis.

Kini jalan menuju Hukuanakota akan dibangun, untuk tenaga medis, masih dalam pembenahan secara internal daerah pedalaman menjadi prioritas. Pengembangan jalan selayaknya menjadi perhatian pemerintah daerah. Jika jalan baik, ekonomi masyarakat akan tumbuh. Warga pun dapat menikmati layanan kesehatan sehingga tak terjadi lagi bayi yang meninggal dalam kandungan.[]

(Sumber data: Kompas Cetak Edisi Jumat/26/01/2018. Sumber Foto: MalukuPost)

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *