Pabrik Teh: Hidup Segan Mati Tak Mau (Pembelajaran)

1395623312Sejak tahun 1993 setelah berdirinya PT Pagilaran Pabrik teh Jatilawang, setidakya bisa membantu mengurangi pengangguran. Selain itu juga dapat membantu para petani teh di sekitar desa Jatilwang, karena pemasaran daun teh menjadi lancar. Tapi setelah lama kelamaan harga tidak mau naik dari harga 500 per kilo, kami minta naik 1000 rupiah saja sangat susah. Para penampung teh juga terlalu lambat membayarkan ke petani. Padahal, para petani sangat membutuhkan uang untuk membayar yang memetik teh. Setelah lama kelamaan, para petani teh cenderung berpikir bongkar saja tanaman teh, lalu diganti untuk bercocok tananm kentang, kubis, cabel, dll yang mudah dijadikan uang.

 

DSC05044Setelah pabrik merasa berkurang biasanya masak daun teh dari 20 ton sampai 15 ton dan sekarang paling bisa 2 ton, kadang 5 ton baru terasa dan sekarang naik menjadi 1300-1500 per kilo tapi sangat sulit untuk mendapat pucuk teh. Sekarang dampaknya, para karyawan ada yang di PHK. Ada juga yang bekerja bergiliran 3 hari atau 1 minggu seklai. Banyak orang yang bilang hidup segan mati tak mau, alias gulung tikar.

 

 

 

 

***

Jpeg
Ibu Samsiyah sedang menulis tentang desanya

Tulisan ini adalah hasil tulisan tangan Ibu Samsiyah, salah satu peserta Sekolah Perempuan dari desa Jatilawang, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara. Ini adalah tulisan pertamanya tentang desanya, terutama tentang pabrik yang ada di desanya. Di Sekolah Perempuan yang diselenggarakan oleh Infest Yogyakarta, salah satu yang dipelajari peserta adalah tentang bagaimana mereka mampu menarasikan pembanguann di desanya, khsusunya aset dan potensi di desanya. Sebelumnya, mereka telah belajar tentang gender dasar, membedah Undang-Undang Desa untuk mengetahui posisi perempuan dalam pembangunan di desanya, Identifikasi mimpi desanya, Identifikasi Aset dan Potensi Desa, Membuat Peta Desa serta rangkaian materi pembelajaran lainnya.

1 thought on “Pabrik Teh: Hidup Segan Mati Tak Mau (Pembelajaran)

  1. Ping-balik: Menulis Hal Sederhana hingga Kompleksnya Persoalan Desa | Perempuan Berkisah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *