Arsip Penulis: Any Hidayati

Pemdes Bringinan Kembangkan “Sumur Dalam” untuk Wisata Kolam Renang

Setelah sukses dengan inovasi sumur terintegrasi untuk pertanian, kini pemerintah Desa Bringinan, salah satu desa dampingan Infest Yogyakarta di Kabupaten Ponorogo, mulai mengembangkan ke bidang lain yaitu perikanan dan wisata kolam renang. Hal ini disampaikan oleh kepala desa Bringinan, Barno, bahwa tujuan adanya inovasi sumur dalam terintegrasi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

“Pada awalnya kami memang fokus pada bidang pertanian, mengingat kondisi lahan di desa ini yang sulit mendapat air di musim kemarau maka kami mencari solusi dengan membuat sumur dalam terintegrasi. Dan hasilnya masyarakat tidak kesulitan mendapat air untuk mengairi sawahnya meskipun di musim kemarau. Seperti saat ini, hampir di seluruh desa nampak ijo royo-royo, berbagai jenis tanaman tumbuh subur di tengah musim kemarau,” tutur tutur Barno saat ditemui oleh penulis Sabtu (26/10).

Lebih lanjut, Barno mengungkapkan bahwa inovasi sumur terintegrasi telah banyak memberikan manfaat bagi warganya. Setelah sukses dibidang pertanian, Barno kini mulai mengembangkan fungsi sumur terintegrasi ke bidang perikanan. Salah satunya untuk budidaya ternak ikan lele di dukuh Kedung. Saat ini ada 8 buah kolam lele yang menggunakan air dari sumur terintegrasi. Tidak puas sampai di situ, kini Barno mulai melirik bisnis kolam renang yang dirasa cukup menjanjikan.

“Jadi warga desa Bringinan suka mengajak anak-anaknya untuk renang pada hari libur. Nah, alangkah baiknya apabila di desa ini mempunyai kolam renang sendiri dan dapat dimanfaatlan oleh warga untuk sarana hiburan dan olahtaga saat liburan. Dengan adanya sumur terintegrasi maka dapat dikelola untuk kolam renang,” imbuh Barno.

Ide ini tentu saja bukan hanya dari seorang kepala desa tapi juga atas usulan warga. Bak gayung bersambut, pemerintah desa pun menerima dan akan merealisasikan dalam waktu dekat. “Kami akan merealisasikan rencana pembuatan kolam renang dalam waktu dekat. Saat ini masih proses perencanaan di RPJM Desa dan penganggaran,” pungkas Barno.

Sementara itu, Atik salah satu warga desa Bringjnan mengaku sangat senang dengan rencana pembangunan kolam renang di desanya, karena hampir tiap minggu anaknya mengajak berenang. Dia harus ke kota atau ke Balong kalau mau berenang.

“Kami sangat gembira mendengar rencana akan dibangun kolam renang di sini. Sebagian besar anak-anak mengisi liburan dengan berenang. Anak-anak SD Bringinan sampai menyewa mobil bila ingin berenang ke Balong atau ke kota. Jadi dengan adanya kolam renang di desa ini akan sangat bermanfaat,” ujar Atik.

===

Tulisan pembelajaran ini ditulis oleh Anny Hidayati, Field Officer (FO) Infest Yogyakarta di Kabupaten Ponorogo.

Pelatihan PAD Desa Bringinan Hasilkan Berbagai Usulan Warga

Peserta Pelatihan PAD di Desa Bringinan, Minggu-Senin, (21-22/04/2019) Ponorogo | Kegiatan pelatihan Perencanaan Apresiatif Desa (PAD) yang diselenggarakan oleh Infest Yogyakarta dilaksanakan di Rumah Baca Desa Bringinan, Kecamatan Jambon, Ponorogo pada Minggu-Senin, (21-22/04/2019). Desa yang terletak di Kabupetan Ponorogo ini merupakan desa kecil dengan jumlah penduduk kurang lebih 900 orang.

Desa Bringinan merupakan salah satu desa kantong Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Ponorogo. Dari data pemerintah desa, ada kurang lebih 341 orang warga Bringinan yang bekerja ke luar negeri sebagai PMI. Antusiasme warga Desa Bringinan untuk mengikuti pelatihan begitu besar terlihat dari jumlah peserta yang membludak, baik dari kelompok pemuda, perempuan, KOPI Bringinan, perangkat desa maupun organisasi lain yang ada di Desa Bringinan.

Kegiatan pelatihan PAD di Bringinan juga dihadiri oleh Paroso, perwakilan dari Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kabupaten Ponorogo dan Tim Infest Yogyakarta. Dalam sambutannya, Paroso dari Disnaker mengatakan bahwa pemerintah desa wajib memberikan perlindungan kepada warganya yang bekerja ke luar negeri sebagai PMI. Selain melindungi, pemerintah desa juga wajib memberdayakan PMI purna dan keluarganya.

Suasana proses pembelajaran Sekolah Desa “Perencanaan Apresiatif Desa” di Desa Bringinan.

PAD ini merupakan salah satu bentuk pemberdayaan kepada para PMI maupun masyarakat Desa Bringinan pada umumnya. Sementara itu, Muhammad Khayat dari Infest Yogyakarta, mengatakan bahwa PAD merupakan perencanaan pembangunan yang berdasarkan pada potensi dan kebutuhan desa. Melalui program ini diharapkan pemerintah desa mampu menggali seluruh potensi yang ada di desa untuk digunakan semaksimal mungkin bagi kesejahteraan warga. Jadi pembangunan desa dilaksanakan berdasarkan pada data dan partisipasi warga.

“Lewat pelatihan ini akan dihasilkan data valid tentang Desa Bringinan baik data aset dan potensi, kewenangan desa, data usulan perbaikan layanan publik, maupun data kesejahteraan lokal desa. Data tersebut dihasilkan dari partisipasi warga yang nantinya akan digunakan untuk acuan pemerintah desa menentukan arah kebijakan pembangunan desa,” kata Khayat.

Pemerintah desa Bringinan mendukung penuh kegiatan pelatihan yang diselenggarakan oleh Infest. Barno, kepala desa Bringinan mengatakan bahwa selama ini belum pernah ada pelatihan yang mengupas secara rinci tentang kondisi desa baik dari sisi kewenangan, sumber daya, sejarah, kondisi kesejahteraan maupun gagasan warga.

Oleh karena itu Barno berharap agar peserta pelatihan mengikuti kegiatan selama dua hari dengan sungguh-sungguh. Barno juga mengaku sangat terbantu, karena lewat pelatihan yang ditindaklanjuti survei akan menghasilkan data konkrit tentang kondisi desa sebagai dasar dalam menyusun RPJMDes.

“Saya memang sangat membutuhkan ide dan gagasan dari warga untuk kemajuan pembangunan desa, saya harap peserta mengikuti pelatihan ini dengan sungguh-sungguh. Setelah pelatihan, akan ada tindak lanjut survei ke warga sehingga didapat data valid tentang kewenangan desa, aset dan potensi, data kesejahteraan lokal desa dan gagasan atau usulan warga tentang layanan publik di desa. Data ini akan menjadi dasar bagi kami untuk menyusun RPJMDes,” ungkap Barno.

Kegiatan pelatihan PAD di Desa Bringinan sama seperti desa-desa lain, peserta dibagi menjadi lima tim yakni tim pemetaan kewenangan desa, aset dan potensi, tim penggalian gagasan kelompok marginal, tim pemetaan kesejahteraan desa dan tim survei perbaikan layanan publik. Fitri, salah satu peserta PAD mengatakan senang bisa mengikuti pelatihan ini karena bisa belajar tentang desa dan menggali apa saja yang ada di dalamnya seperti sejarah desa, aset desa maupun kesejahteraan warga.

“Ilmu ini belum pernah kami dapat sebelumnya dan kami berharap usulan dari berbagai kelompok di desa didengar dan dipenuhi oleh pemerintah desa meskipun untuk jangka panjang,” kata Fitri. Di akhir pelatihan, diadakan rapat pleno dengan mempresentasikan hasil diskusi masing-masing tim.

Tidak disangka, ternyata banyak sekali muncul gagasan dan usulan dari para peserta yang diharapkan dapat memajukan Desa Bringinan. Selanjutnya tim yang sudah terbentuk akan melakukan survei ke warga sesuai tugas masing-masing  untuk mendapatkan data valid Desa Bringinan. Rencana tindak lanjut dari pelatihan ini adalah diadakannya Musyarawah Desa (Musdes) untuk menyepakati indikator survei yang akan diadakan pada hari Jum’at, (11/5/2019). “Saya berharap agar semua tim bekerja sunguh-sungguh demi kemajuan bersama,” ujar Barno, Kepala Desa Bringinan. 

Kades Pondok Optimistis Kembangkan Aset & Potensi Desa Melalui Pelatihan PAD

Ponorogo| Sadar pentingnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan, 50 warga Desa Pondok mengikuti pelatihan Perencanaan Apresiatif Desa (PAD) yang diselenggarakan oleh Infest Yogyakarta bekerjasama dengan pemerintah Desa Pondok. Kegiatan berlangsung selama dua hari pada Jum’at-Sabtu (19-20/4/2019) di Balai Desa Pondok dan diikuti oleh peserta yang terdiri dari berbagai kelompok seperti pemuda, perempuan, KOPI Pondok dan organisasi lain yang ada di desa. Hadir juga dalam kegiatan tersebut, Kepala Bidang Penta Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kabupaten Ponorogo, Muhammad Khudori, Kepala Bidang Sosial Budaya Bappeda Litbang Kabupaten Ponorogo, Ninik Tri Soewitaningsih dan Tim Infest Yogyakarta.

Muhammad Khayat dari Infest Yogyakarta mengatakan bahwa perencanaan pembangunan desa yang berbasis data dan partisipasi warga sangat penting karena sejak diundangkannya UU No.6/2014 tentang Desa, desa berhak untuk mengatur rumah tangganya sendiri. Pelatihan PAD sangat penting agar semua potensi yang ada di Desa Pondok dapat digali dan tertuang dalam bentuk data untuk menentukan kebijakan pembangunan desa. Muhammad Khudori dari Disnaker Ponorogo mengapresiasi pelatihan yang merupakan salah satu bentuk pemberdayaan bagi warga.

“Hal ini juga sesuai dengan amanah UU No.18/2017 tentang Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (PPMI) dimana pemerintah desa mempunyai kewajiban memberikan pemberdayaan kepada purna PMI dan keluarganya,” ujar Muhamad Khudori.

Muhammad Khudori mengatakan bahwa Pekerja Migran Indonesia (PMI) purna dan keluarganya yang tergabung dalam KOPI Pondok juga merupakan bagian dari masyarakat Desa Pondok. Mereka mempunyai hak untuk ikut berperan serta dalam perencanaan pembangunan di desa. Lewat pelatihan ini akan ada tindak lanjut survei ke masyarakat sehingga diperoleh data nyata tentang Desa Pondok. Data-data yang dihasilkan adalah data penting sehingga harus bijak dalam pemanfaatan data tersebut.Hal senada juga disampaikan Kabid Sosial Budaya Bappeda Litbang, Kabupaten Ponorogo, Ninik Tri Soewitaningsih, yang mengatakan bahwa lewat pelatihan ini akan digali potensi-potensi Desa Pondok yang nantinya tertuang dalam bentuk data.

“Saya wanti-wanti agar pemerintah Desa Pondok bijak dalam mengelola data tersebut sehingga program pemerintah dapat tepat sasaran, “kata Ninik.

Sementara itu kepala Desa Pondok, Suharto, mengatakan bahwa pelatihan ini sangat bermanfaat karena lewat pelatihan ini akan tergali potensi dan gagasan warga. Data yang dihasilkan lewat survei setelah pelatihan juga akan menjadi acuan untuk menyusun Rencana pembangunan jangka menengah desa (RPJMDes) dan Rencana Kerja Pembangunan (RKP).

“Saya sangat mendukung kegiatan ini karena dapat meningkatkan pengetahuan warga Desa Pondok. Oleh karena itu saya harap para peserta mengikuti pelatihan dengan sungguh-sungguh,” tutur Suharto dalam sambutan pembukaan.

Pelatihan PAD di Pondok berlangsung selama dua hari, peserta dibagi menjadi lima tim yang dipandu oleh satu orang fasilitator di masing-masing tim. Adapun kelima tim tersebut adalah tim pemetaan kewenangan desa, aset dan potensi, kesejahteraan desa, penggalian gagasan kelompok marginal dan survei perbaikan layanan publik. Lewat pelatihan PAD ini diharapkan agar apa yang telah digagas oleh warga dan direncanakan oleh pemerintah desa dapat terealisasi sehingga Desa Pondok benar-benar menjadi desa mandiri.